Rabu, 10 Mei 2017

Cerita Islami : HIJRAH KE MADINAH SEBUAH KISAH YANG MEMBANGGAKAN bersama kelas 7A - 7E SMPN 1 Ngunut tahun pelajaran 2016/2017

HIJRAH KE MADINAH SEBUAH KISAH YANG  MEMBANGGAKAN
Setelah Nabi Muhammad SAW berdakwah secara terang-terangan, hantaman dan siksaan dari kafir Quraisy mulai meningkat. Berbagai cara dilakukan kafir Quraisy agar Nabi Muhammad SAW tidak meneruskan dakwahnya. Bertahun-tahun Nabi Muhammad SAW menyerukan Islam di Mekah, tetapi hasilnya hanya sedikit yang mengikuti ajarannya. Pada saat Nabi Muhammad SAW membutuhkan dorongan dan motivasi dari orang-orang terdekatnya, justru isterinya, Siti Khadijah dan pamannya, Abu Thalib, berpulang ke rahmatullah dalam waktu yang hampir bersamaan. Kehilangan kedua orang tersebut merupakan masalah serius bagi Nabi Muhammad SAW dalam menjalankan dakwah Islamiyah di Mekah. Peristiwa sangat menyedihkan ini kemudian disebut tahun duka cita (Aamul Huzni).
Di tengah kesedihannya, Nabi Muhammad SAW mengalami peristiwa luar biasa, yaitu Isra’ Mi’raj. Peristiwa itu terjadi setahun sebelum hijrah ke Madinah, tepatnya 27 Rajab 621 M. Pada peristiwa itu Allah SWT memperlihatkan tanda-tanda keagungan dan kekuasaan-Nya sebagai penghibur bagi Nabi Muhammad SAW yang sedang dirundung kesedihan. Peristiwa ini memberikan pelajaran yang sangat berharga kepada Nabi Muhammad SAW. Pada peristiwa tersebut, Nabi Muhammad SAW menerima perintah shalat 5 waktu dalam sehari semalam. Setelah Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW meneruskan dakwahnya dan mengabarkan peristiwa yang dialaminya. Kabar itu membuat kafir Quraisy menganggap Nabi Muhammad SAW telah melakukan pembohongan. Usaha-usaha pembunuhan terhadap Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya terus digalakkan. Setelah Allah SWT menyuruhnya untuk hijrah, maka Nabi Muhammad SAW pun melaksanakan hijrah ke Madinah
SEBAB-SEBAB RASULULLAH SAW HIJRAH
 Awalnya, pada tahun 620 M Nabi Muhammad SAW  bertemu 6 orang Yastrib dari Kabilah Khazraj yang berziarah ke Mekah. Dalam pertemuan tersebut, Nabi Muhammad SAW mengajak mereka untuk masuk Islam. Mereka menyambut dengan baik ajakan itu dan menyatakan masuk Islam. Mereka pula yang memberitahukan tentang Islam kepada masyarakat Yastrib lainnya. Pada tahun 621 M, seorang muslim Yastrib beserta 6 orang teman yang lain sebagai utusan Kabilah Khazraj dan Aus mendatangi Nabi Muhammad SAW. Keenam orang tersebut masuk Islam dan melakukan perjanjian di tempat yang bernama Aqabah.
Isi perjanjiannya :
- Kami tidak akan mempersekutukan Allah SWT dengan sesuatu yang lain.
- Kami tidak akan mencuri, berzina, dan membunuh anak-anak.
- Kami tidak akan saling memfitnah dan kami tidak akan mendurhakai Nabi Muhammad SAW.
Selanjutnya, pada 622 M, orang-orang Yastrib datang lagi dengan maksud mengadakan perjanjian Aqabah 2 sekaligus mengundang Nabi Muhammad SAW untuk berhijrah ke Yastrib. Perjanjian Aqabah 2, diikuti 75 orang Yastrib dan Nabi Muhammad SAW yang didampingi pamannya, Hamzah. Isi perjanjian sama dengan yang sebelumnya, tetapi jumlah peserta yang memeluk agama Islam semakin banyak.
Dalam dua kali perjanjian yang terjadi, Nabi Muhammad SAW mendapatkan kesan bahwa Islam telah siap berkembang pesat di Yastrib. Kenyataan ini membuat Nabi Muhammad SAW memerintahkan para pengikutnya untuk hijrah ke Yastrib dengan sembunyi-sembunyi. Sementara Nabi Muhammad SAW bertahan di Mekah bersama Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib.
PERJALANAN HIJRAH RASULULLAH
Menjelang larut malam, Nabi Muhammad SAW menuju ke rumah Abu Bakar dan mengajaknya hijrah. Kedua orang itu kemudian keluar dari jendela pintu belakang dan terus bertolak ke arah selatan menuju Gua Tsur. Jalan yang ditempuh oleh mereka adalah jalan yang tidak mungkin dilewati manusia. Hal ini dilakukan supaya para pemuda Quraisy yang mengejar tidak menyangka mereka melalui jalan itu.
Dalam perjalanannya, mereka berdua sempat bersembunyi di Gua Tsur selama tiga hari tiga malam. Tidak ada seorang pun yang mengetahui tempat persembunyian itu selain Abdullah bin Abu Bakar, kedua orang puterinya, Aisyah dan Asma, dan pembantu mereka ‘Amir bin Fuhaira. Tugas Abdullah adalah mencari informasi tentang rencana kafir Quraisy terhadap Nabi Muhammad SAW. Pada malam hari ia menyampaikan informasi tersebut kepada Nabi Muhammad SAW beserta ayahnya. Pada hari ketiga, mereka berdua sudah mengetahui bahwa situasi sudah tenang, mereka berangkat dan melanjutkan perjalanan dengan perbekalan yang diberikan oleh putrinya. Supaya aman dalam perjalanan, Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar mengambil jalan yang tidak pernah dilalui manusia. Abdullah bin Uraiqit dari Banu Du’il diminta sebagai penunjuk jalan. Keduanya membawa Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar dengan hati-hati sekali ke arah selatan kemudian menuju Tihama di dekat pantai Laut Merah. Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar beserta penunjuk jalannya itu sepanjang malam dan siang berada di atas kendaraan. Tidak lagi mereka pedulikan kesulitan dan rasa lelah. Mereka hanya percaya bahwa Allah SWT akan menolong mereka.
Orang Quraisy mengadakan sayembara, siapa saja yang dapat membawa Nabi Muhammad SAW, hidup atau mati, hadiah besar dan jabatan tinggi menantinya. Hal ini menarik hati masyarakat pada waktu itu, termasuk Suraqa bin Malik yang sudah mengetahui perjalanan Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar. Suraqa bin Malik mendatangi tempat yang dimaksud dan dia menemukan Nabi Muhammad SAW  beserta kedua temannya yang sedang beristirahat di sebuah batu besar sambil menyantap bekal yang diberikan oleh Asma, putri Abu Bakar. Setiap kali Suraqa bin Malik mendekati rombongan Nabi Muhammad SAW kudanya selalu tersungkur. Hal itu berulang sampai empat kali. Suraqa yang percaya kepada dewa berpikir bahwa itu adalah pertanda buruk sehingga dia mengurungkan niatnya dan kembali ke Mekah.
Selama tujuh hari terus-menerus mereka berjalan. Mereka hanya beristirahat di bawah panas membara musim kemarau dan berjalan lagi sepanjang malam mengarungi lautan padang pasir. Hanya karena adanya ketenangan hati kepada Allah SWT membuat hati dan perasaan mereka terasa lebih aman. Mereka selalu yakin bahwa Allah SWT akan selalu bersama mereka. Di tengah perjalanan menuju Madinah, Rasulullah SAW singgah di Quba’, sebuah desa yang terletak dua mil di selatan Madinah. Di sana beliau membangun sebuah masjid. Masjid ini menjadi masjid pertama dalam sejarah Islam. Beliau singgah di sana selama empat hari untuk selanjutnya meneruskan perjalanan ke Madinah.
Pada hari Jumat pagi, beliau berangkat dari Quba’ dan tiba di perkampungan Bani Salim bin Auf tepat pada waktu shalat Jumat. Shalat-lah beliau di sana. Inilah shalat Jumat pertama dalam Islam. Khotbahnya pun merupakan khotbah yang petama. Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar tiba di Madinah pada tanggal 12 Rabiul Awal. Kedatangan beliau telah dinanti-nanti masyarakat Madinah. Pada hari kedatangan Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar, masyarakat Madinah sudah menunggu di jalan yang akan dilalui Nabi Muhammad SAW, lengkap dengan regu genderang. Mereka mengelu-elukan Nabi Muhammad SAW dan genderang pun gemuruh diselingi nyanyian yang sengaja digubah untuk keperluan penyambutan itu.
 “Bulan purnama telah muncul di tengah-tengah kita, dari celah-celah bebukitan.
Wajiblah kita bersyukur atas ajakannya kepada Allah SWT.
Wahai orang yang dibangkitkan untuk kami, kau datang membawa sesuatu yang wajib ditaati.”
Itulah syair penyambutan Nabi Muhammad SAW di Madinah.

Kisah hijrah Rosulullah tersebut dibawakan oleh siswa siswi kelas 7B dalam bentuk CERITA ISLAMI
1. Berlian Mayang Indraswari

 2. Claradea Riskiana

 3. Erin Indriana Rosidah

 4. Ilham Nabil Muttaqien

 5. Mahsyanda Dirgahayu Gayanti



 Refleksi bersama dan penguatan materi setelah presentasi selesai.




Selamat belajar semoga ilmunya bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar