PERJALANAN
MENUJU MADINAH
Selama tujuh
hari terus-menerus rombongan Rasulullah SAW berjalan, beristirahat di bawah
panas membara musim kemarau dan berjalan lagi sepanjang malam mengarungi lautan
padang pasir dengan perasaan kuatir. Hanya karena adanya iman kepada Allah SWT
membuat hati dan perasaan mereka terasa lebih aman. Ketika sudah memasuki
daerah kabilah Banu Sahm dan datang pula Buraida kepala kabilah itu menyambut
mereka, barulah perasaan kuatir dalam hatinya mulai hilang. Jarak mereka dengan
Madinah kini sudah dekat.
Selama mereka
dalam perjalanan yang sungguh meletihkan itu, berita-berita tentang Hijrah Nabi Muhammad SAW
dan sahabatnya yang akan menyusul kawan-kawan yang lain, sudah tersiar di
Madinah. Penduduk kota ini sudah mengetahui, betapa kedua orang ini mengalami
kekerasan dari Quraisy yang terus-menerus membuntuti. Oleh karena itu semua
kaum Muslimin tetap tinggal di tempat itu menantikan kedatangan Rasulullah
dengan hati penuh rindu ingin melihatnya, ingin mendengarkan tutur katanya.
Banyak di antara mereka itu yang belum pernah melihatnya, meskipun sudah
mendengar tentang keadaannya dan mengetahui pesona bahasanya serta keteguhan
pendiriannya. Semua itu membuat mereka rindu sekali ingin bertemu, ingin
melihatnya.
MASYARAKAT MADINAH
Tersebarnya
Islam di Madinah dan keberanian kaum Muslimin di kota itu sebelum hijrah Nabi ke tempat tersebut sama
sekali di luar dugaan kaum Muslimin Mekah. Beberapa pemuda Muslimin bahkan
berani mempermainkan berhala-berhala kaum musyrik di sana. Seseorang yang
bernama ‘Amr bin’l-Jamuh mempunyai sebuah patung berhala terbuat daripada kayu
yang dinamainya Manat, diletakkan di daerah lingkungannya seperti biasa
dilakukan oleh kaum bangsawan. ‘Amr ini adalah seorang pemimpin Banu Salima dan
dari kalangan bangsawan mereka pula. Sesudah pemuda-pemuda golongannya itu
masuk Islam malam-malam mereka mendatangi berhala itu lalu dibawanya dan ditangkupkan
kepalanya ke dalam sebuah lubang yang oleh penduduk Madinah biasa dipakai
tempat buang air.
Bila pagi-pagi
berhala itu tidak ada ‘Amr mencarinya sampai diketemukan lagi, kemudian
dicucinya dan dibersihkan lalu diletakkannya kembali di tempat semula, sambil
ia menuduh-nuduh dan mengancam. Tetapi pemuda-pemuda itu mengulangi lagi
perbuatannya mempermainkan Manat ‘Amr itu, dan diapun setiap hari mencuci dan
membersihkannya. Setelah ia merasa kesal karenanya, diambilnya pedangnya dan
digantungkannya pada berhala itu seraya ia berkata: “Kalau kau memang berguna,
bertahanlah, dan ini pedang bersama kau.” Tetapi keesokan harinya ia sudah
kehilangan lagi, dan baru diketemukannya kembali dalam sebuah sumur tercampur
dengan bangkai anjing. Pedangnya sudah tak ada lagi.
Sesudah
kemudian ia diajak bicara oleh beberapa orang pemuka-pemuka masyarakatnya dan
sesudah melihat dengan mata kepala sendiri betapa sesatnya hidup dalam syirik
dan paganisma itu, yang hakekatnya akan mencampakkan jiwa manusia ke dalam jurang
yang tak patut lagi bagi seorang manusia, ia pun masuk Islam.
MASJID QUBA'
Ketika
rombongan Rasulullah SAW sampai di Quba’, mereka tinggal empat hari di sana dan
membangun masjid Quba’. Di tempat ini Ali b. Abi-Talib ra menyusul, setelah
mengembalikan barang-barang amanat yang dititipkan oleh Rasulullah SAW kepada
pemilik-pemiliknya di Mekah. Ali bin Abi Thalib menempuh perjalanannya ke Madinah dengan
berjalan kaki. Malam hari ia berjalan, siangnya bersembunyi. Perjuangan yang
sangat meletihkan itu ditanggungnya selama dua minggu penuh, yaitu untuk
menyusul saudara-saudaranya seagama.
SAMPAI DI MADINAH
Demikanlah
akhirnya rombongan Rasulullah selamat sampai Madinah. Hari itu adalah hari Jum’at dan Muhammad berjum’at di
Madinah. Di tempat itulah, ke dalam masjid yang terletak di perut Wadi Ranuna
itulah kaum Muslimin datang, masing-masing berusaha ingin melihat serta
mendekatinya. Mereka ingin memuaskan hati terhadap orang yang selama ini belum
pernah mereka lihat, hati yang sudah penuh cinta dan rangkuman iman akan
risalahnya, dan yang selalu namanya disebut pada setiap kali sembahyang.
Orang-orang terkemuka di Medinah menawarkan diri supaya ia tinggal pada mereka.
Setiba
Rasulullah SAW di Madinah, onta beliau (Quswa) duduk di lahan terbuka di dekat
rumah Abu Ayyub Ansari RA. Maka beliaupun menetap di tempat itu sampai
terselesaikannya pendirian masjid Nabawi dan sebuah tempat berteduh untuk
beliau. Seluruh sahabat bersama-sama Nabi SAW juga secara langsung turun tangan
dalam pembangunan masjid Nabawi, sebagaimana juga mereka melakukan bersama-sama
dalam pembangunan Masjid Quba’.
Beberapa hari
kemudian, istri Nabi SAW Saudah RA, dua putri beliau Fatimah RA and Ummu Kulsum
RA, Usamah bin Zaid RA, ‘Aisyah RA dan Ummu Aiman RA juga menyusul hijrah ke
Madinah dibawah kawalan Abdullah bin Abu Bakar RA. Adapun putri beliau seorang
lagi, Zainab RA, baru diijinkan hijrah ke Madinah setelah terjadi peperangan
Badar.
Di Madinah, Rasulullah (SAW) memanjatkan doa (yang artinya) sebagai berikut, “Wahai Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana kami mencintai Makkah, atau bahkan lebih dari itu. Kami mohon, jadikanlah iklimnya menyehatkan bagi kami. Tambahkanlah keberkahan didalam takaran (shaq dan mud) kami, dan pindahkanlah panasnya Madinah hingga ke Juhfah.” Allah (SWT) mengabulkan doa beliau dan beliaupun menetap di Madinah karena begitu cintanya beliau terhadap kota ini. (Bukhari).
Kisah hijrah ini diceritakan oleh siswa -siswi kelas 7E dalam keiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Islam.
ZARKA SAFIQ
AGUNG PRABOWO
ALAN FAJAR RIFA'I
AMANDA PUTRI
ANI SATUL MALITA FITRI
ANINDYA WINDAR OKTAVIANI
ERLANGGA ARDHI PRANATA
AURORA DYAH ANGGRAINI WIJAYA
AZIZATUL FITRIANI
BAGUS RAGIL SAPUTRO
BELLA RATRI KUSUMA PUTRI
EKA NINDA FEBINTATIAS
ELSA NUR 'AINI SAFITRI
ERA AMBAR WATI
MUHAMMAD FAIS CAHYA RAMADHAN
FAHRUL WANTRIONO
FISTGA NUGRAHA WAHYU ADIANANTA
HANOM SUDIBYO
HELEND FRASTIKA LADYANA
HILDA AINUN NI'MAH
LAILA RIQANATUL INDADIYAH
RIA SOFIANA ANGGRAINI
MOHAMMAD TAURIZKY FIRMANSYAH
NABILA NUR HUSNINA
NELY ANGGRAINI
NUR ALIMAH
RIA SOFIANA ANGGRAINI
RISWANDA PUTRI SYAHRJANI
ERA AMBAR WATI
TIO FAHINSA YUSUF
VERNANDA EKO ARIZKI
VINA YULIANA
YASHIFA TIARA ARISANDI
ADITIYA SAPUTRA
AFIS TEGUH PRASETIYO
ZAHROTUN FITRIANI |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar